Oleh: Karmin Lasuliha, S.Kom
Di penghujung tahun berharap nyata
Menagih janji tapi masih serapah
Pikirin kami sama melihat makna
Berharap kesejahteraan yang tak jauh berbeda
Wahai Tuan dan nyonya...
Sesungguhnya kami masih sengsara
Pagi hari selalu butuh belanja
Berusaha sendiri menguatkan raga
Dengan hidup yang tak bertahan lama
Semoga ada bantuan tanpa kau bertanya
Pukul empat kurang lima
Pagi buta memulai usaha
Mengais hasil apa adanya
Berharap belas dari yang kaya
Memikul beban menjual jasa
Itulah kerja kami selamanya
Karena tak ada lagi peluang usaha
OO Tuhan…maha maha kaya
Bantulah kami yang tak kaya
Tak mau dengan Janji mereka penuh nista
Setiap ungkapan kalimat hanya serapah
Karena kami dan mereka tak pernah se-nyawa
Ibu kota….
Setahun lalu pemimpinnya menabur rasa
Tanpa ada ketakutan kata yang kelak ternoda
Ibu kota papua…..kau kecil untuk ukuran Jakarta
Jadi jangan engkau bergurau kata
Dikala hujan banjir di pasar terus terasa
Tidak seiring dengan gaya dagangan bahasa
Ibu Kota….
semua pembangunan menebarkan sengsara
Membagi jatah hanya untuk keluarga….
Beras miskin masih mahal harganya
Ohhh ibu kota…
Beginikah wajah pemimpinnya?
Semuanya memantulkan kepalsuan
Soal sampah masih issue utama
Di parit dan kali tumpukannya merajalela
Aroma nyir untuk tuan dan nyonya merasakannya
Pemimpin kaya, ibu kota….
Adakah yang lain selainnya
0 komentar:
Posting Komentar