Pada
kenyataannya, icon program kesejahteraan yang menjadi jargon masing-masing
daerah, belum maksimal dijalankan secara totalitas. Sebagian kalangan menganggap
hal itu baik walau masih dalam janji yang perlu diedit. Seperti yang telah dikampanyekan
para pemimpin daerah negeri ini, misalnya di sejumlah daerah dengan icon
program yang teramat sangat baik, daerah tersebut masih di landa keterpurukan
baik itu ekonomi maupun social.
Kita
dapat melihatnya dengan jelas ada Provinsi Bangka Belitung dengan program
pemberdayaan Perikanan, Provinsi DIY dengan icon Falsafah Hamemayu Hayuning
Bawana mengandung makna sebagai kewajiban melindungi, memelihara, serta
membina keselamatan dunia dan lebih mementingkan berkarya untuk masyarakat di
bidang Ilmu pengetahuan dan teknologi, Provinsi Riau dengan program Padat Karya
bagi Desa-desa miskin, Provinsi Sulsel dengan program Pendidikan dan kesehatan
gratis, Provinsi Jawa Barat dengan pembangunan dari sector kewilayahan, Provinsi
NTB dengan program Pengembangan Bumi Pijar ( Sapi, Jagung dan Rumput laut )
serta Papua dengan Program Respek (Rencana Strategi Pembangunan Kampung ) dan
masih banyak provinsi yang memiliki mimpi besar untuk mensejahterakan rakyatnya.
Apakah jargon-jargon tersebut membawa rakyat pada harapan yang baik, ataukah
hal itu sebagai pelengkap gap mengenai
yang kaya semakin kaya dengan korupsi sedang yang miskin tetap mengambil jatah
keterpurukan.
Sejak
pemekaran provinsi yang diawali pada 12 oktober 1999 oleh provinsi Maluku Utara
dan di ikuti daerah lainnya di penjuru wilayah negeri ini, dan hingga sekarang
dengan jumlah provinsi sebanyak 33 provinsi dan total jumlah penduduk + 234,2
juta jiwa, terkesan kita masih merayap
mengurusi kesejahteraan rakyat, hal itu dikarenakan demokrasi belum di maknai
satu sebagai keutuhan yang kokoh. Pada kenyataannya demokrasi itu sendiri masih
berlabel tanda petik, bukan lagi rahasia umum bagi peguasa yang menganggap demokrasi
sebagai sarana membangun kesejahteraan rakyat, namun tak jarang penguasa yang
mentasbihkan demokrasi sebagai sarana membangun hegemoni kekuasaan dengan
program mengumpulkan kekayaan pribadi. Sudah saatnya kita mengkampanyekan
terwujudnya masyarakat cerdas yang dapat melihat dengan benar, apa itu
demokrasi. Harapan kita semua sebagai pemilik tanah tanah ini, momentum
demokrasi yang sebentar lagi di gelar khususnya di provinsi papua akan
meniupkan lambaian kecerahan bahwa demokrasi belum usai karena sebuah keyakinan
telah membisikkan kita semua akan lahirnya pemimpin baru papua yang jujur dan
bertanggungjawab.
0 komentar:
Posting Komentar